RADIO DISC JOCKEY
RADIO DISC JOCKEY ATAU ANNOUNCER
Disc Jockey atau disingkat DJ biasanya selalu dikaitkan dengan ‘dance club’ (discotheque). Sebenarnya ini sudah ‘salah kaprah’ dan terus berlanjut hingga sampai dikalangan orang radio di Indonesia. Akibatnya banyak penyiar radio yang meniru gaya seorang DJ di discotheque, kemudian diaplikasikan kedalam siarannya. Apakah itu dalam cara menyambung/merangkai lagu, ataupun caranya berbicara.
Sesungguhnya kalau kita mau melihat kembali sejarahnya, bukankah media radio sudah ada terlebih dahulu sebelum discotheque. Jadi jelas istilah DJ sebenarnya muncul dari kalangan orang radio sendiri. Tepatnya pada saat peralihan antara ‘era musik big band’ memasuki awal ‘era musik rock n roll’ (sekarang disebut “Rock A”), sekitar pertengahan tahun 50-an.
Pada saat itu radio adalah media baru yang ampuh di Amerika, yang sangat berperan dalam membuat demam rock n roll dikalangan masyarakat ( bahkan istilah rock n roll sendiri diciptakan oleh seorang penyiar radio di Amerika Serikat ).
Berarti bukan hanya bintang-bintang rock n roll saja yang menjadi pujaan, tetapi juga para penyiar radio yang memainkan musik R&R sambung menyambung tanpa terputus. Sebagaimana diketahui bahwa pada masa itu lagu-lagu direkam diatas piringan hitam (vinyl disc), bukan seperti sekarang kita memutar rekaman dari compact disc, bahkan computer.
Itulah sebabnya mengapa timbul istilah ‘disc jockey’, lantaran kesamaannya dengan jockey penunggang kuda dalam suatu perlombaan balap kuda, yaitu :
1. Penyiar/announcer yang dalam siarannya memasang lagu dengan rangkaian tanpa terputus, sambung menyambung dianalogkan dengan jockey yang terus berpacu dalam satu arena balap kuda.
2. Penyiar/announcer yang dalam siarannya menyampaikan informasi secara ringkas dan biasanya
disampaikan ‘diatas’ lagu pada bagian intro maupun outro. Hal ini dianalogkan kepada seorang
jockey yang duduk diatas kudanya, yang berusaha dengan cepat mencapai garis finish.
Jadi istilah Disc Jockey atau DJ sebenarnya julukan bagi seorang penyiar radio, yang sedang bertugas membawakan satu musical show (biasanya lagu yang sedang hits atau in) dengan cara penyampaian/membawakan seperti tersebut diatas.
Maka dari pembahasan itu dapat disimpulkan bahwa: “Seorang penyiar/announcer, belum tentu mempunyai kemampuan announcing skill yang lengkap. Tetapi seorang Radio DJ jelas harus memiliki;
1. Announcing skill (keterampilan ber-adlib atau menjadi pembicara yang hebat di depan microphone).
2. Operating skill (keterampilan menggunakan peralatan).
3. Musical Touch (feeling dalam memilih/merangkai lagu maupun dalam memasang sfx).
XXI. ANNOUNCING SKILL.
Kalau kita berbicara mengenai announcing sebenarnya kita berbicara mengenai ‘Suara’ (voice) bukan bunyi (sound). Suara seorang Radio DJ merupakan hal yang pokok, mengingat suara itulah yang akan didengar oleh audience (pendengar radio).
Ada beberapa orang yang sudah terlahir dengan suara yang bagus, tetapi kenyataan membuktikan banyak Radio DJ terkenal yang suaranya biasa-biasa saja. Bahkan banyak pula Radio DJ yang memiliki suara prima tetapi tidak sesukses rekan lainnya yang bersuara kurang baik. Karena yang terpenting bagi seorang Radio DJ, dia harus memiliki ‘suara yang menyenangkan’.
Artinya suara yang terkontrol dan terlatih dengan baik serta dikeluarkan dengan wajar. Dan wajar ini berkaitan dengan kepribadian si penyiar atau yang disebut Air Personality.
Masalah penyiar dalam mengeluarkan suara yang menyenangkan, biasanya berpangkal tolak pada ‘kebiasaan buruk’ yang sudah terbentuk bertahun-tahun. Akibatnya kebiasaan buruk dalam mengeluarkan suara tadi, menjadi semakin lekat dengan pribadinya.
Berikut ini daftar bad habit yang merupakan hal biasa dalam percakapan sehari-hari, tetapi merupakan masalah bagi seorang penyiar dalam mengeluarkan suara yang menyenangkan:
1. Berbicara dalam nada yang monotone dan membosankan. Hal ini mengakibatkan kualitas suara Anda akan menurun bila harus berbicara lama.
Latihan: coba membaca dengan memilih nada yang berlainan pada setiap kata dalam satu
kalimat.
2. Pemilihan nada dasar yang tidak tepat, terlalu tinggi atau terlalu rendah, sehingga
mengakibatkan Anda sulit untuk menaikan atau menurunkan nada.
Latihan: Coba membaca, dimana kata awal dimulai dengan memilih nada tengah dari suara
anda.
3. Berbicara yang tidak teratur beat/ketukannya. Kadang-kadang cepat terkadang lambat.
Latihan: Coba membaca dengan diiringi ‘metronome’ dengan kecepatan tetap standard 108
BPM (Beat per minute).
4. Nada pada akhir kalimat (mendekati titik), seringkali berakhir sama untuk beberapa kalimat yang
berbeda dalam satu bacaan.
Latihan: Coba membaca sambil mengingat-ingat nada terakhir pada kalimat sebelumnya,
sehingga dapat dipilih nada yang berbeda pada akhir kalimat yang sedang dibaca.
5. Mengeluarkan suara hidung (bindeng) pada huruf yang bukan huruf sengau.
Latihan: Coba membaca sambil hidung ditutup dan usahakan napas seluruhnya keluar melalui
mulut, sehingga walaupun hidung tertutup bila bukan huruf sengau, suara yang keluar
tidak terdengar bindeng.
6. Penekanan kata atau suku kata pada tempat yang salah, sehingga berakibat arti kalimat pun jadi
berubah.
Latihan: Coba mengerti dulu arti kalimat sebelum membacanya, dan beri tekanan pada kata yang
anda pilih sehingga lebih menguatkan artinya.
7.Berbicara dengan mengeluarkan sekaligus dua huruf atau lebih (contoh; delapan dibaca ‘lapan),
sehingga satu atau dua huruf dalam satu kata ‘hilang’.
8. Berbicara dengan mulut malas terbuka, sehingga suara terdengar menggumam (tidak jelas apa
yang diucapkan).
Point 7 & 8 latihannya sama, yaitu dengan membaca dalam kecepatan rendah dan mulut extra
buka, usahakan setiap huruf terdengar jelas dan bersih (Artikulasi).
9. Dialek kedaerahan pada waktu tertentu memang diperlukan bagi seorang penyiar. Tetapi sebaiknya
anda melatih diri agar dapat mengontrol kapan anda ingin menggunakannya, dan kapan pula anda
tidak boleh menggunakan dialek tersebut.
10. Posisi badan saat duduk ataupun berdiri yang kurang baik, dapat menyebabkan stamina siaran
cepat merosot. Selain itu gain/power suara juga sulit dikeluarkan dalam posisi badan yang salah.
Latihan : Coba membaca dengan posisi duduk ataupun sambil berdiri, yang penting posisi dada
harus agak dibusungkan dan posisi tulang belakang tegak.
Apabila seorang Radio DJ dapat meng-eliminir bad habit tersebut, tentu dengan melatihnya secara terus menerus. Maka suara yang menyenangkan pun akan dapat terwujud ketika anda berbicara kepada audience.
Tetapi sebelum melaksanakan latihan-latihan tadi, sebaiknya anda mengevaluasi kekurangan anda terlebih dahulu. Berikut ini cara termudah mengevaluasi kekurangan-kekurangan anda yang dapat dilakukan sendiri.
1. Ambil 2-3 artikel disurat kabar atau majalah, kemudian baca dengan cara sebagaimana biasanya anda membaca.
2. Rekam suara anda, kemudian dengarkan kembali.
3. Perhatikan baik-baik dimana kekurangan-kekurangan anda dengan mengacu kepada daftar bad
habit seperti tertera diatas.
4. Perhatikan secara lebih seksama, point-point berikut ini ;
a. Apakah setiap suku kata terdengar jelas?
b. Apakah huruf mati/konsonan yang hampir sama bunyinya cukup jelas terdengar bedanya?
(misal; malam dan malang).
c. Apakah huruf ‘s’ tidak terdengar terlalu basah, atau terlalu kering/tajam?
d. Apakah tidak ada popping pada huruf ‘p’ dan ‘b’?
e. Apakah pengucapan huruf ‘f’ dan ‘p’ tidak tertukar tempat? (misal; professor menjadi
fropesor).
f. Apakah dalam satu kalimat yang panjang, satu kata pada akhir kalimat masih terdengar cukup jelas?
g. Apakah anda berbicara terlalu cepat?
h. Apakah anda berbicara terlalu datar?
i. Apakah kecepatan membaca terasa/terdengar berubah-ubah?
j. Apakah anda sudah berada pada nada dasar yang tepat?
Apabila semua pertanyaan ini sudah selesai Anda jawab dan sadar dimana kekurangan anda, maka Anda akan dapat mengikuti latihan basic yang nanti saya berikan!
XXII. OPERATING SKILL
Untuk poin ini saya akan membahasnya secara terpisah, dan praktek sebenarnya dapat Anda pelajari melalui cd data yang tergabung dalam buku ini.
XXIII. MUSICAL TOUCH.
Bagian ini yang paling tidak eksak karena menyangkut feeling dan bakat musik seseorang, sehingga sangat sulit untuk diberikan perumusannya.
Namun mengingat pentingnya hal ini bagi seorang Radio DJ, maka beberapa patokan bisa dijadikan pegangan. Biasanya setiap pendengar radio adalah orang yang awam dalam dunia musik. Sebagai orang awam pendengar radio paling jauh hanya dapat memperhatikan 4 hal saja:
1. Irama.
Pendengar radio dengan cepat mengidentifikasi bahwa ini adalah lagu ‘hot’ (cepat) atau itu lagu
‘slow’ (beat lambat).
2. Lead (penuntun melody).
Pendengar dengan cepat sadar bahwa ini sebuah lagu instrumental piano, gitar dsb. Atau soloist
wanita, pria, vocal grup dsb.
3. Jenis.
Pendengar akan segera tahu bahwa ini lagu rock, dangdut, pop, dsb.
4. Warna (suasana).
Paling tidak pendengar akan dapat merasakan lagu ini sendu, keras, nyaman, lembut, dsb.
Seorang Radio DJ harus mahir mengkombinasikan unsur-unsur tersebut, sehingga shownya
akan lebih hidup. Disinilah lebih faktor perasaan berperan dari setiap Radio DJ.
Dalam membuat variasi unsur-unsur tersebut, terkadang dibutuhkan suatu jembatan (bridge) agar tidak terjadi perubahan yang mendadak (patah). Untuk itu diperlukan sound effect atau bridging. Tetapi sfx ini penggunaannya harus benar-benar tepat (lagi-lagi bicara tentang feeling seorang Radio DJ). Sebab jika tidak, menambahan sfx justru dapat merusak suasana show itu sendiri.
XXIV. SUARA
Suara yang bagus, enak didengar, dan tidak cacat, adalah modal seorang Radio DJ untuk mengerjakan setiap tugasnya. Tetapi jika Anda beranggapan bahwa suara bagus itu adalah segala-galanya, atau yang harus dijadikan andalan bagi seorang Radio DJ. Maka anggapan seperti itu saya nyatakan keliru total! Ibarat perempuan yang fisiknya bagus, dan memiliki wajah sangat cantik.
Tapi sayangnya perempuan ini (maaf), sangat gemar bergonta-ganti “teman bobo”. Seandainya bila ada pemuda yang sedang mencari pasangan untuk dijadikan istri, apakah perempuan seperti itu yang dipilihnya untuk menjadi ibu dari anak-anaknya? Saya rasa jawaban kita semua akan sama.
Begitu juga dengan peranan suara. Dia juga harus ditunjang oleh banyak hal lainnya, sehingga suara itu ibarat benar-benar menjadi seorang istri atau suami yang ideal. Penunjang lainnya terdiri dari;
1. Mentalitas diri yang teruji (B3ST). Artinya dia memiliki otak yang terasah dengan baik, serta hati yang terbina dengan bijaksana.
2. Kemampuan untuk menampilkan suara yang jelas, tenang dan penuh daya tarik. Agar suara dapat terdengar jelas, bertenaga, serta resonansi yang bagus, maka Anda perlu melatih dengan pengolahan suara diafragma. Yaitu suara yang keluar dari rongga perut.
Cara melatih suara diafragma, ucapkanlah rangkaian huruf dibawah ini dengan nada datar dan napas yang panjang. Tentukan bahwa suara yang dikeluarkan dapat terdengar dengan jelas dan bertenaga. Maka ucapkanlah dengan nafas yang panjang, penggabungan dari huruf-huruf itu satu persatu. Akibatnya suara yang terdengar pun akan seperti slow motion, tetapi tidak merubah lafalnya.
1. M-A-I-N (MmmmmmmAaaaaaaIiiiiiNnnnnnn…).
2. M-I-N (MmmmmmmIiiiiiiNnnnnnn…).
3. M-U-N (MmmmmmmUuuuuuuNnnnnnn…).
4. M-E-I-N (MmmmmmmEeeeeeeIiiiiiiNnnnnnn…).
5. M-O-U-N (MmmmmmmOooooooUuuuuuuNnnnnnn…).
Dengan menggunakan metode latihan suara diafragma seperti itu, Anda telah membentuk resonansi (getaran) suara yang baik. Apabila Anda melatihnya dengan tekun dan benar, maka suara yang dihasilkan memiliki tenaga 3 kali lebih besar dari suara biasa, serta mampu menggetarkan kaca jendela yang longgar.
XXV. ADLIB
(Menulis Untuk Telinga)
Adlib berasal dari kata adlibbed, yang diartikan sebagai pidato atau berbicara tanpa persiapan. Keterampilan ini harus sangat dikuasai oleh seorang Radio DJ. Sebab bila penyiar tidak terlatih atau ‘miskin’ dalam adlib, saya yakin Anda juga tidak akan berminat untuk mendengarkan siarannya.
Cara menandakan ciri-ciri penyiar ‘miskin’ seperti itu sangat mudah. Dia adalah penyiar yang hanya fasih dalam menyebutkan nama diri, stasiun radionya, waktu, nama penyanyi, judul lagu, atau mengomentari sesuatu yang basi seperti “macet bikin bt ya bo”, “ujan-ujan gini enaknya selimutan kali?” Atau dia cekikikan tidak jelas sewaktu siaran, yang ‘katanya’ talk show bersama teman penyiar lainnya.
Keaslian penyiar ‘karbitan’ seperti ini, akan semakin nampak sewaktu dia menyampaikan materi siaran kata yang harus dibacanya. Atau ketika dia membicarakan sesuatu dalam siaran, biasanya dia membaca artikel seutuhnya dari koran, yang tentunya pendengar sudah membaca sebelumnya.
Apabila Anda tidak ingin masuk dalam kelompok penyiar ‘miskin’ dan ‘karbitan’ seperti itu, kuasailah dengan tekun kemampuan ber-adlib atau menulis untuk telinga. Namun pengertian menulis disini, bukan berarti setiap adlib dalam siaran Anda harus ditulis. Melainkan penulisan itu dilakukan sewaktu awal Anda berlatih adlib. Semakin mahir Anda menuliskannya, tingkatkan lagi dengan hanya menuliskan poin-poinnya saja dari materi yang ingin disampaikan. Sehingga tujuan akhir dari seorang Radio DJ menguasai adlib adalah, kemampuan air personality untuk menuturkan siaran kata yang didapatnya dari;
1. Apa saja yang dilihatnya.
2. Apa saja yang dirasakannya.
3. Apa saja yang dipikirkannya.
4. Apa saja yang dialaminya.
5. Apa saja yang dibacanya.
6. Dan banyak apa saja-apa saja lainnya.
Sebelum sampai pada tingkat kemahiran seperti itu, latihlah kemampuan tersebut dengan menuliskan sebanyak-banyaknya cerita singkat dari sesuatu yang Anda lihat. Jangan lupa untuk membaca setiap kata dengan intonasi yang komunikatif, sambil Anda menuliskannya.
Rasakan dari kata-kata yang terucap tersebut, apakah sudah enak didengar, tidak bertele-tele, dan isinya pun menarik.
Untuk itu perhatikan hal-hal berikut ini, yang dapat Anda jadikan panduan dalam melatih penulisan adlib;
1. Untuk menyampaikan sesuatu yang formal ataupun non formal, just be your self dan bertuturlah (person to person). Jadi bukan menggunakan bahasa jurnal seperti penulisan di koran atau majalah.
2. Buatlah kata-kata hingga kalimat itu dengan sederhana sesingkat mungkin, namun isinya jelas dan menarik.
3. Jika diperlukan Anda dapat menggunakan cara penulisan dengan 5W + 1 H, What, Where, When, Why, Who, and How, atau hanya memakai beberapa diantaranya.
4. Dalam membuat atau melakukan adlib, jangan pernah mengajukan pertanyaan dan Anda
menjawabnya sendiri. Ingat pada saat Anda mengudara seorang diri, jawaban pendengar tidak dapat
Anda dengarkan.
Kesimpulannya, adlib dibuat serta disampaikan dengan cara yang bijaksana. Hal ini mengingat batasan waktu dan kebiasaan audience pada saat mendengarkan radio. Mereka biasanya sambil belajar, bekerja, mengemudi, atau disaat harus menunggu. Jadi lakukanlah dengan singkat, padat, dan menarik.
Contoh adlib 1
……………………………..,
“Gue bingung deh sama LSM perempuan. Kenapa ya mereka teriak-teriak minta haknya disejajarkan dengan lelaki. Padahal nggak usah diminta juga hak itu udah jadi miliknya. Lihat Negara kita, Amerika aja kalah. Mana pernah disana punya Presiden perempuan. Gue jadi curiga nih, jangan-jangan mereka yang di LSM itu sedemikian tertindasnya oleh pasangan masing-masing. Tragis juga sih, tapi ntar dulu! Kita boleh-boleh aja berang sama kelakuan seperti itu. Tapi tolong juga, masalahnya jangan meng-descredit-kan genre… Mam, gue juga laki-laki, tapi gue nggak pernah kayak begitu. Jadi ini khan bukan masalah genre, melainkan manusianya itu sendiri. Toh Lelaki Perempuan, tetap aja punya kelebihan ataupun kekurangan. Jadi sebaiknya nggak usah-lah membanding-bandingkan sesuatu lewat kelebihan ataupun keunggulan. Pasti ada kekurangannya! Contohnya seperti yang pernah gue dengar. Ada tuh perempuan yang kedengerannya sombong dan mengatakan; “Siapa yang punya rahim? Siapa yang melahirkan?” Nah lho, berarti khan gue juga bisa bilang; Apa yang dilahirkan, dan apa juga gunanya rahim, lha SPERMA-nya punya siapa?!
Udah deh, lelaki ataupun perempuan, sama-sama punya manfaat dalam hidupnya. Syaratnya mereka harus sanggup mengelola diri dan hidupnya dengan baik. Nanti begitu udah pada mati, baru deh mereka punya kewajiban mempertanggungjawabkan perbuatan baik, ataupun buruk dihadapan Tuhannya! Oke cantik, nggak usah bersatu-satuan segala yah. Di dunia ini khan cuma ada laki sama perempuan. Jadi, jangan dipisahin kale…”
*CJdIVe*
Contoh adlib 2
Sebenernya gue udah nggak terlalu menikmati lagi yang namanya nightlife. Tapi kadang-kadang gue mampir juga buat ketawa- ketiwi sendiri, sambil ngelihat tingkah laku orang-orang yang ada disana. Begitu gue masuk kedalam ruangan café yang ada di Kemang itu, gue seperti ngelihat Angelina Jolie lagi sun-sunan begitu ketemu Brad Pitt sama Leonardo De Caprio. Belum lagi dipojokan kiri gue juga ngeliat Adam Sandler ketawa ngakak barengan sama Nicole Kidman, Shah Rukh Khan, Preity Zinta, dan Renee Zellweger. Begitu juga dipojokan kanan, disitu ada Keanu Reeves, Eddy Murphy, sama Sandra Bullock, yang nunjuk-nunjuk kearah Michael Jackson yang lagi joget di dance floor. Jangan-jangan mereka ngerumpiin operasiannya MJ yang gagal. Pokoknya dengan berada diruangan itu gue ngerasa geli sendiri, terutama ngelihat gayanya seleb-seleb yang duitnya seperti nggak ada seri-nya itu.
Tapi sayangnya gue nggak bisa lama disitu, karena mendadak malam itu gue harus rekaman iklan yang studionya di daerah Tebet. Hampir 3 jam gue rekaman, dan arloji gue udah nunjukin jam 2 lewat. Gue kelaperan dan kayaknya sebelum pulang enak juga kalo mampir dulu di Warmo. Tapi begitu gue sampe di warung Tegal 24 jam itu, busyet! Ternyata Adam Sandler lagi ngeletus cabe rawit, Shah Rukh Khan minta tambah nasi, Nicole Kidman kakinya naik sebelah keatas bangku, Preity Zinta lagi nyeruput kopi, dan Renee Zellweger lahap banget makannya sambil masukin sayur jengkol kedalam mulutnya. Walah! Seleb-seleb doyan juga yah makan di Warmo…ha..ha..ha..
*CJdIVe*
Kemudian, sambil Anda terus melatih SUARA dan ADLIB (basic utama seorang Radio DJ), pahami juga beberapa tambahan berikut ini;
Pengucapan
Pengucapan yang jelas dan benar adalah hal penting bagi seorang Radio DJ, agar dapat dipahami oleh pendengarnya. Agar Anda tidak keliru mengucapkan bahasa asing, jangan malas untuk mencari ataupun membuka kamus yang paling mutakhir. Karena bahasa kamus itu akan memberikan catatan penggunaan dan pengucapan yang dianggap terbaik oleh standar sosial.
Artikulasi
Artikulasi dibutuhkan karena media radio mempunyai beberapa kelemahan yang harus diwaspadai oleh seorang Radio DJ. Ada 2 kelemahan besar yang terdapat dari stasiun radio;
1. Penyampaian pesan yang hanya satu kali, dan tidak dapat ditanyakan langsung oleh pendengar
seperti layaknya orang-orang yang sedang ngobrol.
2. Tangkapan microphone akan “mengurangi” kualitas sebanyak 30% dari suara yang
ditampungnya.
Untuk itu seorang Radio DJ harus mampu menyuarakan vokalnya, konsonan, serta diftong, dengan artikulasi yang jelas dan menyenangkan. Salah satu caranya adalah kuasai suara diafragma, dan tambahkan dengan mulut yang “dibuka ekstra” pada saat menyampaikan kata-kata.
Penekanan
Penekanan atau stressing digunakan untuk menunjukkan kepada pendengar, bahwa kata-kata yang ingin Anda sampaikan adalah penting atau tidak penting dalam suatu materi bacaan.
Misalnya;
“Novel Sang Penyiar” atau mereka sebut dengan karya tulis yang dikemas dalam bentuk lain, dimaksudkan untuk berbagi wawasan kepada masyarakat luas, serta pelaku bisnis radio di Indonesia.√
Namun sayangnya saya masih sering menemukan kekeliruan dari banyak penyiar yang keliru memberikan penekanan, sehingga mereka membacanya dengan;
“Novel Sang Penyiar” atau mereka sebut dengan karya tulis yang dikemas dalam bentuk lain, dimaksudkan untuk berbagi wawasan kepada masyarakat luas, serta pelaku bisnis radio di Indonesia. X
XXVI. PERIKLANAN ATAU PUBLISITAS???
Berikut ini adalah sebuah fenomena yang membahagiakan, terutama bagi Anda yang serius memilih profesi Radio DJ sebagai pilihan profesinya. Simaklah tulisan singkat berikut ini…
Adakah orang yang bersedia memperhatikan pesan sebuah merek, sementara merek tersebut belum pernah mereka dengar? Jika ada, kredibilitas apa yang diambil dari pesan itu?
Jika ada orang yang menelpon dan mengatakan, “Anda tidak mengenal saya, Anda tidak mengenal produk-produk saya, Anda tidak mengenal perusahaan saya, tetapi saya ingin bertemu untuk menjual sesuatu pada Anda.” Saya rasa Anda akan langsung menutup telpon.
Di pihak lain, jika ada orang yang menelpon Anda dan mengatakan, “Anda adalah pelanggan Nokia dan kami akan menyelenggarakan pameran untuk memperkenalkan beberapa produk Nokia terbaru.” Jika seperti ini kasusnya, mungkin Anda akan tergoda untuk datang.
Sebab Nokia memiliki kredibilitas dalam benak Anda. Nokia adalah nama yang Anda kenal dengan baik.
Publisitas memberikan tanda pengenal yang menciptakan kredibilitas dalam periklanan. Sebelum sebuah merek baru mempunyai tanda pengenal dalam benak Anda, biasanya Anda akan mengabaikan periklanannya.
Jika Anda ingin sukses dalam membangun sebuah merek, Anda perlu mengelola baik PR maupun periklanan dengan benar. Aturan umumnya adalah: Jangan sekali-kali meluncurkan periklanan sebelum kemungkinan-kemungkinan publisitas utama dieksploitasi.
Jadi fenomena yang terjadi saat ini adalah;
XXVII. PUBLISITAS NOMER 1, PERIKLANAN NOMER 2.
Periklanan tidak membangun merek; publisitas-lah yang membangun merek. Periklanan hanya bisa memelihara merek yang telah diciptakan oleh publisitas.
Sungguh, periklanan tidak dapat mengobarkan api. Periklanan hanya bisa mengipasi api yang sudah disulut. Untuk mendapatkan sesuatu dari nol, Anda membutuhkan validitas yang hanya bisa dibawakan oleh restu pihak-pihak ketiga. Tahap pertama dari setiap kampanye baru, harusnya adalah public relations.
Perang dan pemasaran mempunyai banyak kesamaan. Jendral-jendral militer yang bertempur dalam peperangan masa kini dengan senjata peperangan masa kini, tidak berbeda dari jendral-jendral pemasaran yang bertempur dalam peperangan pemasaran masa kini dengan periklanan, ketika seharusnya mereka menggunakan PR.
Dulu yang penting lapisan baja. Sekarang serangan udara. Dulu periklanan, sekarang PR.
Dengan publisitas mengambil peran utama dalam sebagian besar peluncuran produk baru, siapa yang dimintai pendapat oleh Klien mengenai masalah-masalah strategis? Besar kemungkinan mereka semakin ragu untuk bertanya atau meminta nasihat kepada biro-biro periklanan.
Di masa mendatang, user/produk akan menoleh langsung kepada kita orang radio, atau kepada firma-firma PR untuk membantu mereka menetapkan arah strategis bagi merek mereka. Akibatnya periklanan akan dipaksa mengekor di belakang PR.
Di masa mendatang, Anda bisa mengharapkan pertumbuhan luar biasa dalam industri PR. Anda juga bisa berharap menemukan respek baru bagi PR, baik dalam maupun di luar perusahaan.
Di masa mendatang, Anda bisa berharap mendengar lengkingan memilukan dari industri periklanan. Dan ini bukan hanya soal uang. Yang jauh lebih penting lagi bagi para eksekutif biro periklanan adalah kemungkinan hilangnya peran tradisional mereka sebagai mitra pemasaran.
Komunikasi pemasaran telah memasuki era public relations…
XXVIII. PENUTUP
Sahabat,
Mohon dipahami sekali lagi, sebuah kenyataan dilapangan yang akhirnya mengharuskan Anda, untuk:
1. Belajar lagi dari nol, jika beruntung dan berkesempatan…
2. Memberi kesempatan “dari pada tidak”, hanyalah kepada orang-orang yang “mempunyai nilai
tambah”…
3. Terpaksa mencari pekerjaan lain, karena disiplin ilmu tidak bermanfaat…
4. Menyesali diri setelah melalui proses terlanjur, atau…
5. Mencari kambing hitam untuk dapat dijadikan tameng.
Padahal apapun bentuk pekerjaan, mereka selalu membutuhkan “Specialist?!”
Untuk itu gunakanlah kesempatan baik ini dengan bijak, dan wujudkan impian Anda menjadi kenyataan.