Kamis, 30 Juni 2011

Bertutur Dalam Bahasa Siaran Radio


Apa yang dilakukan oleh radio
ialah memperdengarkan suara manusia
untuk mengutarakan sesuatu.
(Saturday Review )

Oleh: ARI MARICAR

MENULIS SEBELUM BERTUTUR

Kemampuan bertutur seorang penyiar tidak hanya mempunyai timbal-balik dengan mendengarkan, tetapi juga berhubungan langsung dengan kemampuan menulis dan membaca.

Seorang penutur yang baik umumnya memerlukan persiapan tertulis.
Gunanya:

1. Menghindarkan diri dari kesalahan, utamanya menyangkut akurasi. Naskah merupakan jaring penyelamat (safety-net). Naskah juga menghindarkan seorang penyiar dari kekuranglengkapan informasi.
2. Naskah merupakan sesungguhnya penataan alur piker seseorang secara logis. Jadi, naskah akan menuntun alur tuntunan.
3. Dengan pemahaman yang tinggi atas naskah siaran dan iterpretasi bagaimana menyajikannya, seorang penyiar akan mampu menajamkan gaya bertutur pribadinya.
4. dokumentasi, selain sebagai arsip juga sebagai bahan untuk pengembangan siaran lebih lanjut.

Menurut Robert Mc. Leish, meski disiapkan dalam bentuk tulisan, namun kesannya naskah itu harus memiliki ciri penuturan spontan (spontaneous sound).
Dengan begitu, maka sebuah stasiun radio seyogyanya melengkapi pengetahuan awak siarannya dengan keterampilan menulis. Keterampilan itu menyangkut:


a. pemilihan topik, selaraskan dengan format atau programming, dengan menyiasati dampak apa yang akan muncul di benak pendengar.
b. Susun daftar topiknya secara logis, cari yang materinya siap dan juga pernak – pernik pendukungnya, kemudian pilih yang terbaik.
c. Penetapan bahan tulisan.
d. Penulisan standar siaran, kunci pokoknya:
- Mencitrakan (visualisasi) yang selaras dengan pendengar.
- Komunikasi horizontal : penyiar dan pendengar berada dalam satu level.
- Komunikasi inter-personal : bahasa konversasi antar dua orang.
- Bagian awal tuturan mesti penting, informatif, dan menarik, bisa dengan introduksi topik secara memikat atau langsung masuk ke topik.
e. Struktur tuturan : kosakata dan struktur kalimat.
f. Penetapan format tulisan : ukuran kertas, margin, spasi, jenis huruf, tanda baca radio, panjang tiap tuturan dan sirtem komputerisasi.

MENULIS APA?

Tuturan di radio bisa dipilah menjadi :

1. Tuturan pengantar, biasa disebut sebagai “call”.
2. Tuturan isi, biasa disebut dengan “talk”

Tuturan pengantar disampaikan oleh penyiar yang tengah berdinas, sementara tuturan isi bisa dikomunikasikan oleh penyiar sendiri atau bisa ditambahi degan tambahan suara dari narasumber.

Tuturan yang bersifat pengantar biasanya disiarkan secara langsung (ad-lib), sedangkan yang bermuatan isi tertentu bisa disampaikan langsung, namun untuk mencapai kualitas komunikasi yang diharapkan tak jarang dikemas dalam bentuk rekaman.

1. Tuturan Pengantar (Call) bisa terdiri atas :

a. Greetings atau sapaan elemennya terdiri atas :
- kata sapaan
- nama penyiar
- sebutan bagi pendengar
- nama program
- nama dan frekuensi stara (stasiun radio)
- waktu (jam dan tanggal)
- sekuen (episode, edisi, sesi)
- isi acara (topik, masalah, bintang tamu)

b. Call On Time, tuturan tentang waktu

c. Call On Song, tuturan tentang musik, elemennya:
- judul lagu
- penyanyi (perhatikan prediksinya)
- komposer atau penulis liriknya
- arranger
- penerbit / pengedarnya
- tahun dan tempat perekaman / penerbitannya
- info lain yang terkait (style musiknya, keunikannya)
- musisinya
- durasinya

d. Call On Agenda, tuturan agenda, elemennya:
- cuaca hari ini
- agenda kegiatan masyarakat hari ini
- hal – hal yang terkait dengan layanan masyarakat, seperti PLN, PDAM, PMI, Kepolisian, Rumah Sakit, PEMDA.

2. Untuk Tuturan Isi (Talk), seperti dikemukakan diatas bisa dituturkan langsung oleh penyiar namun tak jarang dikemas terlebih dahulu

Tuturan tak selalu berupa berita. Beberapa paket acara radio menuntut upaya penulisan secara spesifik. Misalnya, untuk program kewanitaan, anak- anak, atau tips etika.

Dunia wanita, misalnya, menurut Rober L. Hilliard, mesti dikemas dengan pendekatan :
a. Tradisional :
- penyajian informasi menyangkut komunitas wanita
- tips kerumahtanggaan
- busana dan makanan
- pentokohan figure wanita

Jika ini masih akan dipakai tuturkan sebagai minat umum namun tidak mengarahkan wanita untuk “seragam” atau “stereo-type”.

b. Modern, sebagai paket komunikasi-informasi-edukasi :
- problem remaja
- konsumerisme
- lengkungan hidup
- perkembangan social kerumahtanggaan
- hak wanita dan emansipasi
- kesadaran social akan kesenian, iptek dan politik
- fisiologi dan seksualitas wanita
- program kemasyarakatan

Dalam pengemasan tuturan yang isinya lebih bersifat berita atau informasi, maka harus dikembalikan pada kaidah jurnalisme radio. Prinsipnya : bagaimana menggali informasi, bagaimana mengolahnya dan bagaimana menyajikannya.

Kunci pokok pada tuturan di radio terletak pada naskah yang standar yang selaras dengan format siaran berita target audiensinya. Dan yang lebih penting lagi paduan yang harmonis dengan elemen siaran yang lainnya seperti musik atau siaran hiburan lainnya. Secara tenkis dapat disandarkan pada kemampuan penyiar dalam menuturkan call atau talk-nya dan harmonisasi paduan elemen siaran dalam satu sekuen (kurun waktu) siaran tertentu yang memenuhi kaidah teknik dan artistic sekaligus.

KUALIFIKASI PENULIS NASKAH RADIO
1. Pecinta kata
2. Pengamat yang cermat
3. Kreatif
4. Lentir dalam sifat dan kebiasaan kerja
5. Bertanggung jawab total terhadap isi dan struktur naskah.

Pendek kata seorang penulis naskah radio yang professional haruslah seseorang yang berketrampilan menajamkan gagasan ke dalam kata – kata atai kalimat – kalimat yang kelak akan disiarkan ke khalayaknya secara tepat dan cepat dipahami

Yang patut diingat bahwa penulis naskah radio akan menuturkannya dalam bahasa untuk telinga, bahasa tutur, yang layak disebut sebagai bahasa radio siaran.


BAHASA RADIO SIARAN

Suara manusia di radio pastilah bunyi bahasa. Dengan bahsa, awak radio berkomunikasi dengan pendengarnya. Yang lalu menjadi pertanyaan : adakah bahasa radio?.

Ada. Bahasa radio merupakan program bahasa yang memiliki sifat khas komunikasi radio.

Sebagai bahasa komunikasi massa auditif, maka bahasa radio harus :
- mudah dicerna
- selaras dengan intelektualitas dan wawasan target pendengarnya

Namun, boleh saja ada anggapan bahwa bahasa radio itu sesungguhnya tidak ada. Karena secara umum bahasa radio sama juga dengan bahasa komunikasi standar, yakni bahasa baku.
Bahasa baku, menurut Dr. Yus Badudu, adalah bahas ayang digunakan oleh masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan paling besar wibawanya. Karena radio bersifat local dan khalayaknya ada yang heterogen dan homogen (radio kini menjaring pendengarnya secara segmentatif), maka kebakuan bahasa radio menjadi luwes sifatnya. Khalayak pendengar dengan batasan usia tertentu, di kawasan tertentu memiliki bahasa baku yang khas. Bagi radio yang sasaran pendengarnya umum, tanpa batasan atau pengelompokan karakter, seyogyanya memanfaatkan bahasa baku menurut kaidah tadi.
Meski begitu bahasa baku tidak harus diartikan secara kaku. Bahasa baku tetap memiliki safat kemantapan yang dinamis dalam kaidahnya. Kemantapan itu cukup terbuka untuk perubahan atau penambahan kosa kata dan peristilahan, perkembangan jenis ragam dan gaya kalimat serta maknanya.
Jadi bahasa radio juga mrupakan bahasa yang dibatasi oleh kaidah – kaidah tata bahasa, bahasa dengan ejaan yang benar dan juga bahasa yang kosa katanya mengikuti perkembangan masyarakat
Tak dapat dipungkiri lagi bahasa merupakan senjata utama bagi radio siaran. Musik atau lagu tak bisa diandalkan lagi. Persoalan musik di radio Cuma bertumpu pada kebaruan atau seleksi. Kini, dengan tuturan penyiar dan siarankata sajalah radio bisa mengunggulkan diri.

Bagi radio, bahasa merupakan :

1. Alat komunikasi.
Dalam komunikasi sehari – hari masyarakat sering memanfaatkan bahasa dengan berbagai ragam : secara tertulis, secara oral dan lewat lambing yang disepakati. Pada siaran radio hanya satu polanya, yakni bahasa tutur. Bahasa tutur merupakan bahasa oral, bahasa yang diucapkan oleh manusia.

Dalam prakteknya bahasa tutur ini diolah dikembangkan secara khas. Lahirkah kelak apa yang disebut sebagai bahasa komunikasi radio siaran. Meski tak seragam, namun bahasa tutur itu ada dan terus berkembang. Dan dari waktu ke waktu stasiun – stasiun radio melahirkannya. Paling tidak dalam betuk kosa kata atau ungkapan yang baru.

2. Alat Ekspresi.

Kalau media cetak mengekspredikan diri lewat huruf dan gambar yang dicetak, maka radio mengekspresikan diri lewat bunyi dan suara.

Bunyi di radio terdengar lewat sajian musik atau suara alami dan sound effects yang dimanfaatkan untuk acara siaran tertentu. Sementara suara merupakan produk alay ucap manusia. Suara manusia dalam bentuk bunyi – bunyi bahasa yang bermakna itu merupakan alat ekspresi radio.

BAHASA SEBAGAI PENENTU KINERJA RADIO

Beberapa stasiun radio menggagas bahwa bahasa siaran secara khas. Biasanya ditandai dengan penggunaakn kosa kata atau struktur kalimat yang khas juga. Ketika kosa kata atau ungkapan pilihan itu disajikan dalam gaya tuturan secara konsisten maka sesungguhnya radio berupaya untuk menjaga hubungan atau komunikasi dengan pendengarnya.

Dengan begitu, bisa dikatakan, bahasa siaran yang khas pada masing – masing stasiun radio menentukan keberadaan atau eksistensi radio – radio sebagai lembaga penyiaran.

Semakin tajam karakter bahasanya, maka semakin konsisten dalam penerapan di acara – acara siarannya, maka bahasa siaran yang khas itu sekaligus melahirkan identitas bagi stasiun radionya. Jadi, bahasa siaran juga dapat menentukan dan sekaligus mendukung kinerja (performance) suatu lembaga penyiaran auditif.

Hubungan antara bahasa siaran dengan kinerja radio dapat disandarkan pada beberapa hal :

1. Positioning.
Yakni kesan di benak pendengar yang muncul setelah ia mendengarkan kekhasan satu stasiun radio. Kekhasan ini, di antaranya, bisa diwakili dengan tuturan dengan bahasa yang khas pula.

2. Segmentasi
Yakni langkah untuk mengelompokkan pendengar menurut klasifikasi tertentu, lalu memilih kelompok yang khas sebagai target pendengarnya.

Praktiknya : bahasa siaran bagi khalayak muda pasti berbeda dngan basahsa untuk yang dewasa atau semua kalangan usia.

3. Format Siaran.
Yakni pola acara siaran yang disandarkan pada pilihan musik, gaya siaran dan isi siaran yang diselarskan dengan target pendengarnya. Di sini pilihan gaya bahasanya juga menentukan.

4. Keunikan Daya Jual (USP = Unique Selling Preposition), yakni sifat kreatif ke arah penciptaan penampilan yang berdaya jual tinggi. Bagi radio siaran sangat bergantung pada factor teknik, program dan termasuk bahasa siaran) dan Air Personality-nya. Untuk mencapai daya jual itu, salah satu kuncinya : bahasa siaran.

MENGAPA HARUS KHAS?

Bahasa siaran suatu stasiun radio layaknya harus khas. Selain menentukan identitas lembaga penyiarannya, maka beberapa factor berikut dijadikan pertimbangan :

1. Radio akan semakin mengarahkan siarannya pada kelompok pendengar tertentu, sebagai konsekuensi penerapan pendekatan segmentasi atau fragmentasi.

2. Daya Dengar (TSL = Time Spent Listening) pendengar radio terbilang rendah. Karenanya begitu pesawat radio dinyalakan, seorang pendengar seyogyanya dapat menentukan radio apa yang tengah didengarnya, meski tanpa melihat angka frekuensinya.

Senjatanya adalah tengara. Bisa lewat jingle, namun yang paling akrab yang dituturkan langsung oleh penyiarnya. Tengara bisa lahir lewat bahasa siaran yang khas.

3. Konsentrasi pendengar radio relatif rendah. Radio pada umumnya didengar sambil lalu, sambil melakukan aktifitas apa saja. Karenanya diperlukan pemicu minat agar pendengar memberikan perhatiannya sedikit lebih banya. Jalan keluarnya : Gunakan tuturan yang kreatif, yang berbeda dari bahasa sehari – hari.

Semakin khas bahasa suatu siaran radio, maka semakin kuat jati dirinya akan mudah pula diingat oleh pendengarnya, dan pada gilirannya akan menumbuhkan peminatan. Asal kaidah – kaidah penentunya tetap diindahkan.

CIRI DAN PENENTU BAHASA SIARAN

Bahasa siaran radio memiliki ciri – ciri :
- singkat
- padat
- sederhana
- lugas
- menarik.

Singkat dan padat berhubungan dengan jumlah kata dalam kalimat. Dengan menggunakan kata – kata yang sedikit saja maknanya sudah dapat ditangkap oleh pendengar. Sedangkan kesederhanaan bisa disandarkan kepada pilihan kata atau ungkapan, juga dalam gaya bahasanya.
Kelancaran tuturan berhubungan dengan struktur kalimat. Dan kelugasan bahasa bisa diartikan sebagai penghindaran terhadap pengungkapan yang bertele – tele.
Ihwal bahasa yang menarik pasti terkait dengan aspek kreatif seorang penutur bahasa di radio, dalam hal ini adalah para penyiarnya.

Bahasa siaran ditentukan oleh dua faktor :

01. Faktor Kaidah Kebahasaan : Struktur Bahasa Siaran

Bahasa (termasuk kosa kata) apapun yang dipergunakan dalam siaran di radio harus memenuhi kaidah kebahasaan, dalam ukuran dapat dipertanggungjawabkan.
Kalau kaidah kebahasaan umumnya terkait dengan persoalan tata bahasa, berhubungan dengan struktur kata, kalimat, wacana dan studi makna (leksikal), maka secara khas radio memiliki tatanan kebahasaan yang dikenal sebagai Struktur Bahasa Siaran.

Struktur Bahasa Siaran tidak merupakan pola kata, ungkapan atau kalimat. Struktur ini lebih terkait dengan permainan emosi pendengar lewat tuturan. Aspek psikologi lebih berperan di sini ketimbang aspek kebahasaannya. Dengan kata – kata atau ungkapan yang sederhana, dengan pola kalimat yang sederhana pula emosi pendengarnya harus dapat digerakkan.

Azas Struktur Bahasa Siaran terdiri atas :

1. Attention Getter (Pemicu Perhatian).
Tariklah perhatian pendengar dengan kalimat pertama. Kalau kalimat pertama belum atau tidak menarik, maka jangan harap pendengar akan memberikan nilai lebih atasa sajian suatu siaran.

2. Mengemukakan Sesuatu
Tuturan di radio berupa untaian kata yang harus mengemukakan sesuatu, kecuali sapaan. Yang dapat dikemukakan :
- Fakta
- Opini atau Pendapat
- Ibarat atau Perumpamaan
- Gejala.
3. Reaktif Awak radio harus menuturkan fakta, opini, ibarat dan gejala dengan pendekatan yang reaktif, yang dapat menimbulkan reaksi bagi pendengarnya. Utamakan tuturan yang dapat :
- Mempengaruhi
- Mengajak
- Memberi jalan keluar (solutive) atas suatu permasalahan
Ketiga hal ini bisa dituturkan secara eksplisit atau langsung, atau bisa juga secara imlisit atau terselubung.

4. Azas Manfaat
Sajikan hanya tuturan yang bila didengar akan memberikan manfaat kepada pendengar. Hal-hal yang sangat umum perlu dihindarkan.

5. Pilihan Kosakata
Tak perlu yang harus mengernyitkan dahi, tapi pilihlah yang pas dengan kemampuan nalar pendengar.
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi.
Tepat berkaitan dengan pemilihan diantara beberapa alternatif kata yang bersinonim. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Bervariasi berkait dengan penggunaan kata-kata yang tidak itu ke itu juga.
Pendengar akan lebih tertarik dan akan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk, dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing.
Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Selain itu hendaknya dipilih kata-kata konkret sehingga mudah dipahami pendengar. Kata-kata konkret yang menunjukkan aktivitas akan lebih mudah dipahami pembicara.

Namun, pilihan kata itu tentu harus kita sesuaikan dengan pokok pembicaraan dan siapa target audiens kita. Kalau si pembicara memaksakan diri memilih kata-kata yang tidak dipahaminya dengan maksud supaya lebih mengesankan, malah akibatnya sebaliknya. Timbul kesan seolah-olah dibuat-buat dan berlebihan. Demikian juga sebaliknya, karena penutur ingin memaksa diri mendekati khalayak yang bukan sasarannya, maka ia menggunakan bahasa yang populer atau kata-kata yang tidak baku. Tetapi akibatnya kedengarannya juga tidak wajar. Dalam hal ini hendaknya penutur musti menyadari siapa pendengarnya dan apa pokok pembicaraannya, dan menyesuaikan pilihan katanya dengan pokok pembicaraan dan pendengarnya.
Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengarkan kalau penyiar berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya, dalam arti yang betul-betul menjadi miliknya, baik sebagai perorangan maupun sebagai pembicara.

Selain itu, pilihan kata juga disesuaikan dengan pokok pembicaraan. Kalau pokok pembicaraan kita masalah ilmiah, tentu pemakaian istilah memahaminya karena pendengarnya juga orang-orang tertentu. Tentu dalam situasi ini kita tidak bertutur secara santai mengenai masalah-masalah yang rumit dan serius, dan sebaliknya berbicara secara serius mengenai hal-hal yang santai.
Keragaman atau variasi kosakata bisa digali lewat kamus sinonim. Dalam penuturan atau penulisan bahasa Inggris kita bisa meragamkan kosakata dengan memanfaatkan Thesaurus, kamus bahasa yang mengelompokkan kosakata bersepadan untuk berbagai makna dan penggunaan. Sayang, belum ada kamus seperti itu dalam bahasa Indonesia.

6. Kepribadian (air personality)
Tuturkan secara khas, dengan gaya yang benar-benar milik sosok awak radio. Bukan dengan gaya yang sekedar menirukan.

7. Kaidah CBS
CBS (Columbia, Broadcasting Service) merupakan lembaga penyiaran yang intensif mengarahkan awak siarnya. Dalam hal struktur bahasa siaran konsep CBS dikenal sebaga ‘4-C’ :
1) Correstness : cermat
2) Clarity : jelas
3) Concise : ringkas
4) Colour : warna, berkepribadian

FAKTOR KREATIFITAS BAHASA SIARAN

Sesungguhnya, kreatifitas bahasa siaran radio meliputi langkah-langkah :
1. Pemilihan kosakata dari berbagai sumber
2. Penggalian kembali kotakata yang pernah ada yang sekarang sudah terlupakan, namun masih layak digunakan
3. Penciptaan kosakata atau ungkapan baru

Bahasa Siaran Dapat Digali Lewat Sumber-Sumber :
- Kamus
Manfaatkan kesempatan luang untuk membuka halmaan demi halaman berbagai kamus, utamanya KBBI-Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Puluhan ribu lama (entry) ada di kamus. Banyak diantaranya yang menarik, bermakna khas dan belum dimanfaatkan dalam bahasa sehari-hari.
- Wacana atau bacaan
Bacalah apa saja. buku, media cetak, jurnal sampai ke primbon. Tak jarang dari wacananya kita temui ungkapan yang unik. Kalau sekiranya bisa dimanfaatkan disiaran, mengapa tidak ?
- Pergaulan
Pergaulan yang luas menuntut penguasaan bahasa secara meluas pula. Tak harus dengan penutur asing yang mengharuskan kita menguasai bahasa asing. Tak jarang para praktisi dengan sepesialisasi tertentu memiliki kosakata yang khas. Kalau saja ada yang pas garap saja.
- Mendengarkan penuturan nara sumber
Ini memang sumber pengambangan bahasa siaran yang akurat. Karena berasal dari penutur asli, yang umumnya sudah memanfaatkan puluhan tahun, namun kemudian tak dimanfaatkan atau terlupakan. Cukup banyak kosakata yang ada, hilang lalu dipergunakan kembali dalam bahasa kita, utamanya yang diangkat dari bahasa daerah.

CIRI-CIRI KREATIF
Prinsip kreativitas bagi penulis naskah siaran di radio dikemukakan oleh Reed Bunzel dalam Guidelines for Radio Copywriting. Menurutnya :
1. Setiap orang itu kreatif, termasuk Anda. Jika Anda tidak percaya katakan pada diri Anda bahwa : Aku akan kreatif.
2. Tak ada yang baru dibawah matahari ini. Kreativitas bukan barang baru.
3. Kreativitas bergantung pada tiga elemen :
- Mendidik diri
- Persepsi dunia oleh seseorang
- Kemampuan menyarikan pengalaman diri dengan persepsi dan pemaduannya untuk menyusun gagasan
4. Yang tersisa cuma waktu, jika Anda duduk di meja kerja, menatap jam deat line, sementara 60 menit telah lewat dan tak sebuah coretan pun Anda lakukan.
5. Hal yang paling krusial bagi seorang penulis adalah mengingat betapa pentingnya menata pikiran kita (untuk dikomunikasikan) jadi :
6. Tulis apa saja yang tengah berkelebat di benak Anda. Apa saja mestinya direkam (diingat atau sudah menulis sesuatu), tak peduli apakah nanti digunakan atau malahan menjadi sampah.
7. Niscaya nantinya akan ada banyak waktu ketika Anda minggat dari kursi kerja (tanpa atau sudah menulis sesuatu), dan ketika benak Anda sudah terasa blong.
Diperlukan sikap kreatif dari para penggagas dan pengguna bahasa siaran. Hal ini sangat berhubungan dengan ciri-ciri manusia kreatif pada umumnya. Yakni mereka yang tergolong :
1. Curious, merasa ingin tahu.
Hanya orang-orang yang rasa ingin tahu menggebu-gebu yang cenderung kreatif. Agar diperoleh gagasan yang menarik dan orisinal maka rasa ingin tahu itu haruslah memperoleh jalan keluar.
Jalan keluar itu sangat tergantung pada kemauan dan kemampuan diri serta lingkungan dimana seseorang berada.

2. Agen perubahan (agent of change or development)
Dalam era pembangunan dewasa ini perubahan demi perubahan terjadi dengan cepat. Apa yang direncanakan kemarin hari ini sudah harus menjadi kenyataan. Bahkan apa yang tak pernah digagas sebelumnya tiba-tiba saja bermunculan.
Tak bijak kalau para awak radio hanya menempatkan diri sebagai penonton atas tiap perubahan dari hasil pembangunan itu. Keterlibatan merupakan kemutlakan.
Sebagai komponen dari masyarakat penerangan, pendidikan dan hiburan, maka awak radio perlu mengikuti setiap laju pertumbuhan dibidang apa saya, untuk kemudian dipilih yang paling tepat untuk disajikan sebagai menu siaran.

3. Keterbukaan (Open Mind)
Harus ada sikap keterbukaan pada diri manusia kreatif. Dengan sikap ini akan terjadi arus masuk informasi. Mengucilkan diri atau membatasi wawasan akan tidak memungkinkan lahirnya gagasan silang yang memadukan berbagai pengetahuan.
Dalam hal beda pendapatpun awak radio harus menerimanya dengan sikap yang terbuka. Hasil silang pendapat yang tersaring lewat nalar yang tepat akan menghasilkan gagasan yang baru pula.

4. Bertanya dan menjawab (Q & A)
Malu bertanya sesat dijalan (kearah pengetahuan). Banyak hal yang sudah kita ketahui namun ternyata jauh lebih banyak yang belum diketahui. Cara sederhananya : car nara sumber, tanyakan.
Kemampuan seseorang dalam menjawab pertanyaan mencerminkan tingkat intelektualitas dan sekaligus kreatifitasnya. Ini tidak berarti bahwa setiap manusia kreatif penuh dengan akal-akalan untuk menjawab. Tetapi kemampuan bertanya-jawab merupakan aktivitas rutin manusia yang perlu diasah.

5. Baca dan tulis (read and write)
Kemampuan otak manusia untuk mengingat relatif terbatas. Apabila di era informasi sekarang ini, ketika berita, gagasan dan pengetahuan berkelebat begitu cepat melintasi pikiran seseorang.
Sistem baca yang dimiliki manusia harus dilengkapi dengan kemampuan untuk menuliskan kembali apa yang telah dibacanya. Kearah pencapaian kreatifitas maka tata cara pencatatan atau penulisan perlu juga disistematisasikan. Dan itu sangat bergantung pada kebutuhan individu.

KIAT KREATIF BAHASA SIARAN
Tak ada cara lain untuk menggagas bahasa siaran yang kreatif kecuali dengan memperhatikan elemen-elemen dasarnya, yang meliputi :
1. Akrab
Gunakan bahasa yang tak menghasilkan jarak antara penutur (penyiar) dengan pendengarnya. Jadikan pendengar sebagai seorang sahabat yang diajak mengobrol. Bicaralah dengan pendengar bukan kepada pendengar.

2. Komunikatif
Apa yang ada dibenak penutur harus sampai ke benak pendengar secara lancar tanpa adanya hambatan, baik kebahasaan maupun psikis.

3. Personal
Mengakrabi pendengar sama dengan mengakrabi satu demi satu mereka. Bukan dengan berpidato atau berceramah dihadapan sekumpulan khalayak.

4. Tepat Makna
Gunakan kosakata atau ungkapan dalam struktur kebahasaan yang sederhana sehingga maknanya dapat dengan cepat dicerna oleh pendengar. Hindarkan kata-kata yang terasa asing, kecuali maknanya dijelaskan juga.

5. Lokal
Lokalitas disini lebih mempertajam konsep kedekatan atau proximity. Secara teknis radio siaran bersifat lokal, karenanya manfaatkan gaya tuturan lokal untuk informasi yang bersifat lokal pula.

6. Tanya-jawab
Mengawali tuturan dengan pertanyaan seringkali menggugah minat orang untuk mengetahui jawabnya. Manfaatnya pola ini secara kreatif bukan dengan cara yang kaku, secara terus menerus misalnya.

7. Tunggal Topik
Jangan menuturkan lebih dari satu permasalahan atau satu gagasan dalam satu tuturan. Rumuskan satu topik lalu tuturkan detailnya. Detailpun harus dibatasi sedemikian rupa sehingga tidak mengesankan jumlah yang kelewat banyak.

8. Once in a time
Ingat tuturan di radio disajikan hanya sekelebat. Pendengar tidak dapat mengulang apa yang dirasakannya kurang jelas, lain halnya dengan pembaca koran. Jadi manfaatkan tuturan yang hanya sekali itu secara kreatif. Meski begitu pengulangan dengan rentang waktu yang panjang untuk sebuah tuturan yang kreatif tidak merupakan larangan.

OLAH KALIMAT
Olah kalimat sebagai Bahasa Radio menurut Ras Siregar musti :
- Bahasa percakapan, bahasa sehari-hari
- Langsung ke pokok persoalan
: Rolling stones merilis album baru, pekan depan.
Hindari yang bertele-tele
: Rolling stones, yang telah malang melintang lebih dari 3 dekade di blantika musik rock, akan mengedarkan albumnya yang terbaru, dirilis mulai pekan yang akan datang.
- Subyek dekat dengan predikat
- Pendek, ringkas, padat dan berisi :
Satu kalimat satu ide :
: Penyanyi dan musisi Indonesia merekam lagu Bunga Kehidupan, yang hasilnya disumbangkan pada korban Tsunami.
Hindari kemajemukan ide pada satu kalimat
: Para penyanyi populer Indonesia yang pernah menghasilkan hits mendapat dukungan iringan musik dari musisi terbaik negeri ini untuk melahirkan karya spektakuler yang berjudul Bunga Kehidupan yang liriknya ditulis oleh Iwan Fals, hasil penjualannya diserahkan kepada korban Tsunami.
- Kalimat Tunggal
: Single John Lennon, Imagine, meraih Golden Award, 1 Oktober 1971.

Hindari kalimat majemuk :
: Sebuah single yang diciptakan dan disuarakan oleh John Lennon, dengan judul komposisi Imagine, telah meraih penghargaan Golden Award pada tanggal 1 Oktober 1971 yang lalu.
- Kalimat aktif
: John Lennon meraih Golden Award lewat Imagine, 1 Oktober 23 tahun yang lalu.

Hindari kalimat negatif
: Golden Award diraih John Lennon lewat Imagine, 1 Oktober 23 tahun yang lalu.
- Kalimat positif
: Wartawan Eksponen menolak meliput penyanyi dangdut seronok.

Hindari kalimat negatif
: Wartawan Eksponen tidak menyetujui meliput penyanyi dangdut seronok.
- Sederhana
: subyek + predikat + obyek + keterangan
- Komunikatif
: mudah dicerna

EKONOMI KATA
Asumsi dasar dari ekonomi kata berasal dari berbagai ungkapan para filsuf, pujangga, penulis dan ilmuwan terkenal.
Cicero : Keringkasan adalah daya tarik besar kefasihan lidah
Hosea Ballou : Keringkasan dan kepadatan isi adalah orang tua perbaikan.
Fenelou : Makin banyak yang Anda katakan, main kurang yang diingat orang. Makin sedikit perkataan, makin besar keuntungan.
Walt Whitman : Kesederhanaan (simplicity) adalah kejayaan ekspresi.
Gustav Flaubert : Kalimat terbaik adalah kalimat terpendek.
Gunawan Moh. : Bahasa jurnalistik Indonesia yang efisien, saya maksudkan lebih hemat dan lebih jelas. Asas hemat dan jelas ini penting buat setiap reporter, dan lebih penting lagi buat editor.

Inti dari pembicaraan mengenai ekonomi kata terletak pada langkah untuk menghindari penggunaan kata-kata secara berlebihan. Dengan catatan, penghilangan kata-kata itu tidak merubah makna kalimat dan tetap menjamin terjalinnya komunikasi antara seorang penutur dan pendengarnya.
Ada beberapa kata dalam penuturan bahasa Indonesia yang dapat dihilangkan, yang – sekali lagi – tidak merubah makna dan tetap komunikatif. Beberapa diantaranya :
1. Bahwa dan bahasa
- Majalah Billboard mengungkapkan, bahwa nilai kontrak rekaman penyanyi kondang Michael Jackson kini sudah mencapai 4 juta dolar Amerika.
- Datuk Maringgih menegaskan, bahasa adat yang berlaku hingga kini merupakan warisan budaya nenek moyang kita.
- Menteri Luar Negeri mengatakan, bahwa pertemuan antara menteri Luar Negeri Non Blok merupakan bagian tak terpisahkan dari KTT Non Blok yang akan datang.
- Tidak diragukan lagi, bahwa ialah orangnya yang tepat.
(kata bahwa atau bahasa merupakan kerancuan pada penerjemahan kata “that” dalam kalimat bahasa Inggris).
2. Adalah
- Itu adalah rumah saya.
- Dia adalah seorang dokter
- Pendengar, acara buat besok, Kamis 20 Juli 1992, adalah sebagai berikut : ……
(kata adalah merupakan penerjemahan yang salah atas kata kerja kopula atau to be – is, are, was, were – dalam bahasa Inggris).
3. Telah, dan sedang
- Farhan telah menulis skripsi tahun lalu.
- Presiden telah meresmikan jembatan terpanjang di Indonesia.
- Besok, Presiden akan meninjau usaha peternakan di Bogor.
- Para calon penyiar kini sedang berlatih menulis berita.
(kata telah terpengaruh oleh bentukan “past tense”, sementara akan terpengaruh oleh bentuk “future”, sedangkan kata sedang dipengaruhi oleh bentuk “continous tense”).
4. Untuk
- Pemerintah Plipipina memutuskan untuk mencabut larangan berkumpul.
- Para peserta diklat. Sanggup untuk melakukan tugas wawancara.
- Para delegasi yang datang dari berbagai negara bermaksud untuk membicarakan perjanjian tarif komunikasi.
(kata untuk pada kalimat diatas merupakan terjemahan yang salah atas bentuk “to….” Pada bahasa Inggris. Kata untuk tetap bisa dipakai untuk pengertian kesengajaan atau menitikberatkan atau menegaskan sesuatu, seperti :
Bung Jajak pergi ke pasar Genteng untuk mengetahui minat masyarakat terhadap antenna parabola).
5. Dari dan daripada
- Surat keputusan dari Menteri Penerangan melarang pemuatan berita yang menjurus pornografi.
- Menurut tetangga saya, Farhan bapak dari anak ini.
- Pidato daripada Bapak Presiden sore ini penting artinya bagi para guru.
- Sebab daripada kemacetan lalulintas selalu dihubungkan dengan sempitnya jalan.
(kata dari dan daripada tidak harus merupakan terjemahan dari kata “of” dalam bahasa Inggris. Kata-kata itu memiliki makna sendiri dalam bahasa Indonesia :
dari menunjukkan : – tempat asal : dari Surabaya
- permulaan : dari sore hingga….
pada menunjukkan : – nama waktu atau benda :
pada jaman Romawi
pada waktu sekolah
buku itu ada pada siswa NSU
- menurut : pada hematku
pada pendapatnya
6. Kata-kata bermakna jamak
- Para hadirin
- Saudara-saudara sekalian
- Para saudara sekalian
- Banyak rumah-rumah
- Semua pejabat-pejabat
- Segala peraturan-peraturan
7. Kerancuan
- Membicarakan tentang cara siaran
- Keputusan menyangkut masalah dari libur
- Menurut sumber di Kjaksaan menyatakan ……
- Berhubung karena pemadaman aliran listrik …..
- Saya akan memperhatikan benar terhadap persoalan ini

FAKTOR KEBAHASAAN PENUNJANG EFEKTIFITAS BERTUTUR
1. Ketepatan ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang kita gunakan tidak selalu sama. Masing-masing kita mempunyai gaya tersendiri dan gaya tuturpun bisa berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan dan sasaran. Akan tetapi, kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, sehingga menjadi suatu penyimpangan, maka efektifitas komunikasi akan terganggu. Kita menyadari latar belakang penutur bahasa Indonesia yang memang berbeda-beda. Setiap penutur tentu sangat dipengaruhi oleh bahasa ibunya.

Kunci dasarnya dalam kepenyiaran disebut sebagai :
- Pronunciation, menuturkan dengan benar, sesuai dengan lambang fonetik atau kaidah bunyi bahasa.
- Enunciation, menuturkan dengan kejelasan daya beda (distinctive). Ini terkait dengan kata-kata yang bentuk tulisannya sama namun harus dituturkan secar berbeda untuk mencapai makna yang berbeda.
Contoh :
“teras” rumah dan pejabat “teras”
sedu “sedan” dan mobil “sedan”

2. Penempatan intonasi, aksentuasi dan prolongasi
Kesesuaian intonasi, aksentuasi dan prolongasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dan penempatan intonasi, aksentuasi dan prolongasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan.
Intonasi merupakan pelaguan kata berdasarkan pola jumlah sukukata, yang menentukan lagu kalimat. Aksentuasi bermakna bagian kata yang ditekankan pada suatu kalimat. Prolongasi berarti upaya untuk memanjangkan bunyi bahasa pada suku kata tertentu pada suatu kalimat untuk mencapai maksud tertentu.(*)

*Dari naskah yang terserak dan hampir lusuh, tertulis disusun oleh Ari Maricar (Praktisi Radio & Manager Program beberapa Radio Swasta Nasional di Jatim). Diketik ulang dan diupload dalam ruang maya oleh Khalid Wahyudin (Seorang Pengabdi Pendidikan yang mantan penyiar). Semoga bermanfaat!

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites